Tips Framing Kamera Profesional untuk Rendering Interior & Eksterior
- Rianti HaifaK
- Jul 10
- 3 min read
Updated: Jul 11

Dalam dunia 3D Archviz, penempatan kamera bukan hanya soal teknis, tetapi juga seni dalam memandang ruang. Kamera yang diletakkan sembarangan dapat menghasilkan gambar yang tidak komunikatif, tidak proporsional, atau bahkan membuat desain terlihat lebih buruk dari yang sebenarnya.
Artikel ini mengulas cara framing kamera yang tepat untuk rendering interior dan eksterior, lengkap dengan prinsip visual, pengaturan teknis, serta referensi sudut favorit para profesional.

1. Aturan Dasar Framing: Rule of Third, Leading Line, & Symmetry
📌 Rule of Third
Bagi viewport menjadi 9 bagian (3x3 grid). Tempatkan elemen penting seperti pintu, jendela, atau titik fokus furnitur pada perpotongan garis grid. Ini menciptakan keseimbangan visual dan membuat komposisi lebih menarik.
📌 Leading Line
Manfaatkan elemen arsitektur seperti lantai, plafon, jendela, dan dinding untuk “menuntun mata” ke arah titik fokus. Garis-garis ini sebaiknya mengalir secara natural dari tepi frame menuju elemen utama.
📌 Symmetry
Khusus untuk ruang dengan desain simetris (misalnya foyer, hallway, kamar mandi), posisikan kamera tepat di tengah. Simetri akan menonjolkan ketegasan desain dan memberikan kesan elegan.
2. Safe Frame (Shift + F) dan Dampaknya pada Render Akhir
Safe frame adalah fitur yang menunjukkan batas sebenarnya dari area render. Tanpa mengaktifkannya, kamu bisa salah dalam framing—karena apa yang terlihat di viewport tidak sesuai dengan hasil akhir render.
Mengapa Safe Frame Harus Diaktifkan?
Memastikan komposisi tetap presisi sesuai output
Mencegah pemotongan elemen penting di tepi gambar
Mengontrol rasio aspek (16:9, 4:3, square) secara visual
Tips:
Di 3ds Max: tekan Shift + F
Di Blender: aktifkan “Camera View” + centang “Passepartout”
Di D5 Render: kamera otomatis menampilkan rasio safe frame

3. Field of View (FOV) yang Tepat untuk Interior vs Eksterior
FOV menentukan seberapa luas area yang dapat dilihat oleh kamera. Memilih FOV yang salah dapat membuat ruangan tampak tidak realistis (misalnya: terlalu besar atau melengkung).
Area | FOV yang Tepat | Catatan |
Interior Kecil | 30° – 40° | Hindari distorsi |
Interior Luas | 40° – 55° | Pastikan safe frame tetap proporsional |
Eksterior | 50° – 75° | Dapat lebih lebar untuk menangkap bangunan |
Jangan terlalu fokus pada FOV besar hanya untuk “memasukkan semua ke dalam frame”. Komposisi yang fokus dan rapi jauh lebih efektif untuk presentasi.

4. Posisi Kamera untuk Menghindari Distorsi
Distorsi dapat mengganggu persepsi ruang—dinding terlihat miring, plafon tertarik, atau proporsi objek menjadi aneh. Hal ini terjadi jika:
Kamera ditempatkan terlalu dekat
FOV terlalu besar
Sudut kamera terlalu ekstrem (terlalu tinggi/rendah/miring)
Tips:
Letakkan kamera pada tingkat mata manusia (sekitar 150–160 cm)
Pastikan kamera horizontal (tidak miring ke atas/bawah)
Untuk tampilan sudut tinggi, gunakan isometrik atau bird-eye hanya jika diperlukan (misalnya untuk visualisasi tata letak ruangan)

5. Studi Kasus: Sudut Favorit Profesional dalam Proyek Interior
Berikut adalah sudut yang sering dipilih oleh 3D artist profesional:
💡 Ruang Tamu:
Pengambilan gambar setinggi mata dari sudut ruangan menuju titik fokus (TV, sofa utama)
Sudut lebar sedikit (35–45° FOV) untuk memberikan kesan luas
💡 Kamar Tidur:
Kamera dari sudut bawah tempat tidur mengarah ke jendela
Menekankan pencahayaan alami dan penataan interior
💡 Dapur:
Pengambilan gambar terpusat pada island atau countertop
Kamera sejajar dengan permukaan kerja
💡 Kamar Mandi:
Lensa lebar terbatas (30–40°), fokus pada pencahayaan dan material
Hindari pantulan kaca langsung ke kamera
Kesimpulan
Menentukan posisi dan framing kamera merupakan dasar dari visual storytelling dalam Archviz. Dengan memahami prinsip framing dan teknik seperti FOV, safe frame, serta referensi sudut profesional, kamu dapat:
Menyampaikan desain dengan lebih jelas dan meyakinkan
Meningkatkan kualitas estetika render
Mempercepat persetujuan dari klien
Comments