top of page

Cara Menggabungkan Arsitektur Tradisional dan Desain Modern Secara Estetik dan Fungsional

Updated: Jul 11

Tropical resort with a thatched-roof building, lush greenery, pool, and blue umbrellas. Calm and serene atmosphere in a forest setting.
Source by 2G Academy

Arsitektur tradisional menyimpan kekayaan nilai budaya, kearifan lokal, serta respons ekologis yang sangat relevan dengan tantangan desain masa kini. Namun, pertanyaannya adalah: bagaimana cara mengintegrasikan unsur tradisional dalam arsitektur kontemporer tanpa membuatnya terlihat kuno atau hanya sebagai “tempelan” ornamen?

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi cara penggunaan elemen-elemen tradisional secara bijak, estetis, dan kontekstual bukan sekadar sebagai gaya, tetapi sebagai narasi yang menyatu dengan ruang.

1. Adaptasi Bentuk Atap, Ventilasi Silang, dan Penggunaan Kayu

Arsitektur tradisional Indonesia sangat sesuai dengan iklim tropis yang panas, lembap, dan penuh tantangan angin-musim. Tiga elemen utama yang dapat diterapkan secara modern adalah:


Bentuk Atap Tradisional

Atap Joglo, Limasan, dan Bagonjong tidak hanya menawan tetapi juga fungsional:

  • Mengalirkan air hujan dengan cepat

  • Menciptakan ruang sirkulasi udara alami

  • Memberikan hierarki ruang secara visual

Inspirasi Modern:

  • Gunakan bentuk atap tradisional sebagai massa atap utama, kemudian aplikasikan material modern seperti zinc, kayu laminasi, atau bahkan solar tiles.


Ventilasi Silang (Cross Ventilation)

Rumah tradisional selalu memperhatikan arah angin. Jendela besar di dua sisi bangunan menciptakan aliran udara pasif.

Inspirasi Modern:

  • Desain bukaan yang saling berhadapan, louver kayu, dan skylight dapat digunakan untuk menciptakan sirkulasi alami yang efisien dan hemat energi.


Penggunaan Kayu & Material Alami

Tidak hanya untuk struktur, tetapi juga sebagai elemen visual yang hangat dan humanis.

Inspirasi Modern:

  • Gunakan finishing kayu alami untuk aksen dinding, plafon, atau kisi-kisi.

  • Dapat diganti dengan material alternatif seperti wood-patterned composite yang lebih tahan cuaca.


2. Studi Kasus: Hotel, Villa, atau Resort yang Menggabungkan Desain Tradisional

📍 Capella Ubud, Bali

  • Mengombinasikan struktur tenda kolonial dengan sentuhan arsitektur Bali dan Jawa

  • Ornamen kayu, bentuk atap, dan interior klasik diterapkan tanpa mengorbankan kenyamanan modern

📍 Amanjiwo, Borobudur

  • Desain simetris terinspirasi dari Candi Borobudur

  • Penggunaan batu lokal, lorong berkolom, dan lanskap alam sebagai elemen utama

Tropical villa with a pool, surrounded by lush greenery. Wooden deck with loungers and an umbrella. Warm, inviting ambiance at dusk.
Source by plataran.com

📍 Plataran Resort & Villas

  • Banyak menggunakan elemen rumah Joglo sebagai lobby, lounge, atau villa pribadi

  • Interior memadukan heritage Jawa dan modern tropical minimalism


Insight:

Hotel dan resor yang sukses memadukan elemen tradisional selalu memulai dari konteks lokal—tidak hanya mengadopsi bentuk estetika, tetapi juga filosofi dan materialnya.

Modern villas lined in a row, surrounded by palm trees and lush green fields. Sunny day with clear blue sky, creating a serene atmosphere.
Source by navatamora.com

3. Arsitektur Tropis Modern dengan Cita Rasa Budaya Lokal

Gaya tropical modern sangat sesuai untuk Indonesia dan Asia Tenggara. Ketika dipadukan dengan elemen tradisional, hasilnya bisa hangat, elegan, dan sangat kontekstual.


Ciri-Ciri Tropis Modern:

  • Atap tinggi dan overhang besar

  • Bukaan besar untuk pencahayaan dan ventilasi

  • Material alami: batu, kayu, rotan

  • Warna bumi dan tekstur alami


Sentuhan Tradisional:

  • Pintu ukir bergaya etnik

  • Furnitur dengan siluet klasik (kursi gebyok, meja betawi)

  • Aksen tekstil: tenun ikat, batik, songket dalam bentuk upholstery

Hasil akhir? Sebuah arsitektur yang terasa lokal namun tetap modern.

4. Menghindari Sekadar “Tempelan Ornamen” — Pentingnya Pendekatan Kontekstual

Salah satu kesalahan umum dalam mengintegrasikan desain tradisional adalah mengambil ornamen khas daerah dan menempelkannya pada bangunan modern tanpa makna. Hal ini justru membuat desain terasa tidak kohesif.

Yang harus diperhatikan:

  • Fungsi: Apakah elemen tersebut memiliki fungsi nyata (seperti atap untuk ventilasi)?

  • Skala: Hindari menempelkan ukiran Joglo pada bangunan beton tanpa menyesuaikan proporsinya

  • Narasi: Apakah elemen tersebut memiliki cerita? Apakah klien atau pengguna dapat merasa terhubung?


✅ Solusi:

  • Lakukan riset budaya lokal melalui wawancara, observasi, atau studi literatur

  • Berkerja sama dengan seniman lokal atau pengrajin untuk interpretasi modern

  • Gunakan elemen tradisional sebagai inspirasi bentuk dan struktur, bukan sekadar hiasan


✅ Kesimpulan

Mengintegrasikan arsitektur tradisional ke dalam era modern tidak berarti kembali ke masa lalu. Sebaliknya, ini adalah usaha untuk melestarikan nilai-nilai lokal dengan bahasa desain yang lebih segar, relevan, dan berkelanjutan.

Melalui pendekatan yang kontekstual, elemen seperti atap, kayu, ventilasi, dan filosofi desain dapat menjadi kekuatan visual sekaligus spiritual dalam proyek-proyek masa kini. Kalo kamu mau belajar lebih banyak, mungkin kamu bisa coba belajar di link dibawah ini! https://bio.2gacademy.net/

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page